خطبة
عيد االآضحى
Pangkah, minggu 5 oktober 2014
الله
اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Hadirin
jama’ah shalat ‘idul adha....
Ada
dua hal penting yang kita semua pantas bersikap iri hati pada momentum idul
adha, namun iri hati dalam hal ini
adalah iri hati yang bersifat positif.
Yang pertama kita patut iri hati kepada saudara-saudara kita yang saat ini
sedang menjadi tamu Allah untuk menunaikan beribadah haji. Dan yang kedua kita
juga patut iri hati kepada nabi Ibrahim as yang telah berhasil mencetak dan
mendidik anaknya yakni nabi ismail as menjadi seorang anak yang shaleh dan
berkualitas.
Hadirin....
Untuk mengawali pembahasan, mari kita berangkat dari sebuah
ungkapan “ janganlah anda melihat hasil kesuksesan seseorang, tapi lihatlah
bagaimana proses dia meraih kesuksesan tersebut”. Hadirin... dari ungkapan di atas muncul
sebuah pertanyaan ; kenapa kita mesti melihat proses, bukannya hasil sebuah
kesuksesan ? jawabannya adalah sebab
ketika kita hanya melihat hasil kesuksesan seseorang, maka bisa jadi yang muncul dalam hati kita
adalah iri hati negatif, hasud, fitnah, bahkan bisa jadi hati kita akan menjadi
pasif dan tersiksa oleh ketidak mampuan diri dalam meraih sesuatu yang telah
berhasil diraih orang lain.
Hal ini tentu akan Berbeda jika yang kita lihat adalah proses yang
dilakukan oleh seseorang dalam meraih kesuksesan. Dengan kita melihat proses
maka diharapkan akan lahir dalam hati kita sebuah keinginan untuk belajar dan
kemudian berikhtiar untuk mewujudkan kesuksesan yang telah lebih dahulu diraih
oleh orang lain. Dengan melihat proses, maka kita akan terus menata diri dan
semakin dipahamkan akan makna kehidupan. Kita akan bertambah yakin bahwa “live
is straigle” hidup adalah perjuangan, dan kita juga akan semakin yakin bahwa الحياة
هي الاستكمال hakikat
hidup hanyalah sebuah proses penyempurnaan diri. Dengan penataan niat yang baik, ikhtiar yang
sungguh-sungguh, serta doa yang bertata krama, maka kita semua insyaallah akan
senantiasa mendapatkan jalan dan kemudahan dari Allah SWT...والذين
جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا demikianlah janji Allah kepada setiap orang yang mau
bersungguh-sungguh.
Hadirin....
Kita semua tentu patut menaruh iri hati kepada saudara-saudara kita
yang sedang atau telah berkesempatan menjadi tamu-tamu Allah atau beribadah
haji. Yang perlu kita irikan dari mereka bukan sekedar status haji mereka, akan
tetapi yang patut Kita iri dari mereka adalah bagaimana mereka menata sekaligus
menguatkan azam atau niat hajinya, kita juga mesti iri bagaimana mereka dalam
memenej ekonomi dan keuangan mereka, kita juga pantas iri bagaimana mereka
selama ini rajin memanggil-manggil Allah
untuk datang kerumah mereka, sehingga Allah pun berkenan memanggil mereka untuk
datang kerumahNya. Dan satu hal lagi
yang lebih pantas untuk kita bersikap iri hati, yaitu mereka yang dalam
sisa-sisa umurnya mendapatkan kehormatan dari Allah untuk menjadi tamuNya. Kita yang ada di sini tentu belum punya
kepastian, apakah kelak kita bisa mengakhiri dan menutup umur kita dengan
kebaikan-kebaikan, seperti halnya beribadah haji dsb.
Oleh karena itu, untuk mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji mari
kita doakan, semoga mereka semua senantiasa
di berikan kesehatan dan kemudahan, dijaga hati dan fikiran, serta dijaga pula
harta dan keluarga mereka. Dan yang lebih penting dari itu semua, semoga mereka
dapat memetik hikmah dan dapat menyaksikan Allah atau bermusyahadah, sehingga
kehidupan spiritualitas dan keagamaannya akan semakin bertambah sepulangnya
dari menunaikan ibadah haji. Apalah arti jika kita beribadah dan berkunjung ke
rumah Allah akan tetapi kita tidak bertemu dan bermusyahadah dengan Allah.
Orang bijak berkata ; hal yang paling gelap di dunia ini adalah ketika kita
berkunjung ke rumah sang kekasih, namun kita tidak menemukan sang kekasih ada
di dalamnya. Itulah gambaran bagi kita manakala kita berkunjung ke baitullah,
tapi hati kita tidak dapat menemukan Allah atau Allah tidak berkenan hadir dan
menemui kita.
Oleh karena itu hal terpenting yang perlu kita lakukan sekarang
adalah bagaimana kita mesti terus menerus memanggil Allah ke rumah kita lewat ibadah kita, sehingga kapan pun saatnya Allah
juga akan berkenan memanggil kita untuk berkunjung ke rumahNya. Allahumma amin
ya robbal ‘alamin...
فِيهِ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ مَّقَامُ إِبْرَٰهِيمَ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًا وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عن
العالمينْ ﴿٩٧﴾
الله
اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Hadirin
jama’ah shalat ‘idul adha....
Hal kedua yang patut kita bersikap iri
hati dalam moment idul adha adalah bagaimana nabi Ibrahim as yang notabenya
seorang yang kaya raya, namun beliau tidak terlena dengan kekayaannya untuk
tetap beribadah kepada Allah. Bahkan beliau mampu mengantarkan Ismail putranya
menjadi seorang anak yang shaleh dan berkualitas, sesuai dengan doa yang
senantiasa beliau panjatkan ;
رَبِّى هَبْ لِى مِنَ الصَّالِحِيْنَ wahai tuhanku
anugrahkanlah kepadaku anak-anak yang shaleh. Secara Singkatnya, nabi
Ibrahim as adalah seorang figur manusia yang mampu menjadikan segala apa yang
dimiliki sebagai kendaraan untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Hadirin...
para malaikat sempat ragu ketika Allah hendak mengangkat nabi Ibrahim sebagai
kekasihnya atau al-khalil. يا رب ان له مالا و ولدا و امرأة, فكيف يكون خليلا لك مع
هذه الشواغل ؟ wahai Allah, sesungguhnya Ibrahim punya
banyak harta, anak, dan istri...bagaimana mungkin ia akan mampu menjadi
kekasihMu dengan banyaknya kesibukan yang ia miliki ? kemudian untuk menjawab
keraguan para malaikat, Allah mempersilahkan para malaikat untuk menguji nabi
Ibrahim as. Dengan izin Allah datanglah malaikat kepada nabi Ibrahim dalam
wujud manusia, dan malaikat berkata ; wahai ibrahim, dari ribuan kambing
peliharaanmu bolehkah aku minta satu ekor untuk kebaikan ? nabi Ibrahim menjawab
; untuk kebaikan silahkan anda ambil 1/3 dari semua kambing yang aku miliki.
Keesokan harinya malaikat yang lain melakukan hal yang sama, dan Nabi Ibrahim
pun menjawab ; silahkan anda ambil separoh dari ternak kambing yang aku miliki.
Dan kesokan hari malaikat juga melakukan permintaan yang sama, nabi Ibrahim pun
menjawab ; silahkan anda ambil semua ternak kambing yang aku miliki, sekaligus aku
sedekahkan para pengembalanya.
Hadirin....
para malaikat semakin takjub ketika menyaksikan dialog antara nabi Ibrahim dan
putranya Ismail. Wahai ayah, kalau
memang engkau harus menyembelihku atas perintah Allah silahkan laksanakan,
insyaallah aku akan bersabar atas perintah ini. Namun demikian sebelum ayah
menyembelih aku, izinkan aku menyampaikan beberapa permohonan ; 1. Jika pisau
telah engkau tempelkan di leherku tolong ayah berpaling jangan melihat aku.
Jika ayah tetap melihat wajahku, aku hawatir ayah tidak akan tega menyembelih
aku. 2. Tolong ayah singsingkan lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darahku.
Aku hawatir jika ibu tahu kalau itu adalah darahku tentu ibu akan bersusah
hati. 3. Tolong ayah lepaskan ikatan yang ada di tanganku, sebab aku tidak
ingin melaksanakan perintah Allah ini dengan keterpaksaan. Dan yang terahir, tolong
ayah sampaikan salamku kepada ibu, suruh ibu bersabar atas ujian Allah ini....
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿١٠٢﴾
Demikianlah sedikit petikan dialog antara nabi Ibrahim dan putranya
ismail as.
Hadirin....
begitu melihat ketabahan dan kepsrahan dua hamba Allah di atas, terlebih ketika
para malaikat menyaksikan sebilah pisau telah menempel di leher ismail, para
maikat pun tersungkur sujud seraya mengumandangkan takbir الله اكبر الله اكبر الله اكبر dan nabi Ibrahim pun menyambut takbir para
malaikat dengan kalimat لا
اله الا الله و الله اكبر kemudian ismail kecil pun melanjutkan kalimat tauhid
ayahnya dengan mengumandangkan kalimat
الله اكبر و لله الحمد.....
Hadirin.... kita semua yakin dan sepakat bahwa sebodoh
apapun kita, tentu kita tidak ingin mempunyai
anak-anak yang bodoh. Semiskin apapun kita, tentu tidak ingin memiliki
anak-anak yang miskin juga. Bahkan serusak apapun
akhlak seseorang tentu tidak menginginkan kerusakan akhlaknya terwariskan
kepada anak-anaknya kelak. Oleh karena
itu tidak boleh ada kata terlambat dan putus asa untuk kita terus berikhtiar
dan berdoa untuk mewujudkan ismail-ismail baru di lingkungan keluarga kita
masing-masing. Sangatlah beruntung jika
kita mampu memiliki anak-anak yang berkualitas baik secara matrial maupun
spiritualnya. Sangatlah beruntung jika
kita mampu memiliki anak-anak yang mampu mengantarkan kita kembali kepada Allah
dengan husnul khatimah. Dan sangatlah beruntung jika kita mampu memiliki
anak-anak yang mampu mengantarkan kita semua mendapatkan nikmat syorgawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar